"Kebersihan sebagian dari iman"
Suatu malam yang dingin di tahun 1959, Tom Williams, Ketua Dewan Direksi Liverpool Football Club, menawarkan posisi manajerial kepada seorang manajer kelahiran Skotlandia. Dia adalah Bill Shankly.
Shankly saat itu sedang memanajeri Huddersfield, yang tengah berkutat di Divisi 2 bersama Liverpool. Liverpool saat itu sudah menjuarai Liga Inggris 5 kali, namun gelar itu terakhir sampai pada tahun 1947, 12 tahun sebelum kedatangan Shankly.
Shankly tanpa pikir panjang langsung menerima tawaran tersebut. Kisah seorang legenda dimulai pada tahun 1959. Di saat Liverpool sedang terpuruk. Namun, siapa sangka kalau dialah fondasi dari Liverpool di masa kini. Dialah yang mengubah Liverpool sehingga bisa seperti sekarang.
Namun, perubahan itu tidak bermula dari sepakbola. Melainkan dari toilet. Toilet di Anfield (kandang Liverpool) sangat memalukan, jorok dan bau, beberapa keran tidak berfungsi. "Bahkan tidak bisa disiram lagi" kata Shankly ke Williams. Sama seperti WC Umum di Indonesia. Shankly memprioritaskan toilet di tribun terlebih dahulu, daripada sepakbola.
Tidak hanya toilet, berbagai perawatan stadion, tempat latihan, pengecatan dinding yang sudah muram, perbaikan kursi dan tribun, dll. juga diprioritaskan dan dianggarkan. Jika semua itu sudah terpenuhi, maka serahkan sepakbola kepadanya.
Ada alasan mengapa Shankly memprioritaskan fasilitas terlebih dahulu. Jika fasilitas bagus dan terawat, fans akan suka pastinya. Itu akan menarik lebih banyak fans untuk membeli tiket menonton di stadion, sekaligus membeli merchandise, mendapatkan hak siar televisi, dll. Semakin banyak fans yang menonton di stadion, semakin untung pula klub itu. Uang dari fans berkontribusi besar bagi gaji pemain, sekaligus gaji Shankly dan kepengurusan Liverpool.
Tujuh tahun kemudian, Liverpool mengangkat trofi juara Liga Inggris ke-7 tahun 1964, Piala FA tahun 1965, dan nyaris menjadi nomor satu di Eropa, hanya kalah dari Borussia Dortmund di Piala Winners 1966. Hanya dalam tujuh tahun, dari Divisi Dua sampai kelas dunia.
Itu merupakan salah salah satu alasan mengapa Shankly dicintai fans Liverpool. Meskipun koleksi trofinya tidak sebanyak Bob Paisley, penerusnya, namun ia sangat peduli dengan kenyamanan penonton, meskipun dalam hal buang air saja. Shankly memanajeri Liverpool selama 15 tahun yang mencakup 783 pertandingan sepak bola, 407 kemenangan, dan tujuh trofi utama.
Terkadang sejarah dan perubahan dalam sepakbola tidak selalu berasal dari sepakbola, akademi usia muda, dll. Namun yang utama adalah menghormati fans. Bukan sepakbola namanya kalau tidak ada penggemar atau fans. Bisa saja kalau sebuah klub tidak memiliki penggemar, namun sebentar lagi pasti bangkrut. Ya mau bagaimana lagi, sudah bangun stadion mahal, uang tiket penggemar dari mana?
Berbeda dengan Indonesia, yang penting ada lapangan, ada pemain, udah ga terpikirkan lagi yang lain. Toilet, tribun, dan ruang ganti tidak terawat, kotor, dan berantakan. Kebutuhan beribadah seperti musala dibatasi aksesnya. Keamanan apalagi, tembok dan pagar sudah cacat, semakin banyak penggemar yang bertaruh nyawa. Bagaimana mau maju dalam sepakbola, kalau hal sepele saja tidak beres. Lihatlah toilet di stadion Indonesia, meskipun stadion besar dan berkelas seperti Stadion Pakansari, jangan harap toiletnya sama-sama berkelas.
Toilet biasa di Stadion Pakansari - sumber : kupasmerdeka.com
Toilet VIP di Stadion Pakansari, sedikit berbeda dan lebih bersih.
Sumber : Tribunnews Bogor
Apa pelajaran yang bisa diambil?
Toilet jorok sudah umum di Indonesia. Dari stadion, sekolah, restoran, dan bermacam-macam tempat. Jika ingin menemui toilet yang sangat kotor, pergilah ke tempat umum, ke stasiun, rest area, pelabuhan, atau pasar. Alamak. Jorok, kotor, bau pesing, terkadang limbahnya saja masih tergenang. Warga sudah meminta pemerintah memperbaiki toilet-toilet umum. Jangan hanya toilet bandara saja yang diperbaiki, namun toilet di tempat umum juga harus diperhatikan.
Pernah pula kejadian yang sempat viral, dimana toilet di kawasan wisata terdapat bekas "limbah" manusia. Pemerintah harus mengambil pelajaran dari kejadian tersebut. Kawasan wisata itu penting bagi ekonomi, yang seharusnya sarana-prasarana dioptimalkan. Jika sudah kejadian, turis mungkin akan berpikir dua kali sebelum berkunjung.
Kalian juga harus jaga kebersihan ya! Jangan cuma toilet, tapi lingkungan juga! Kebersihan sebagian dari iman!
Mungkin itu saja yang ingin saya sampaikan di blog ini. Terimakasih telah membaca!
Komentar
Posting Komentar